Senin, 27 April 2015

Senyum di wajahmu

Mimpi…
Tiada berakhir
Singgah dimalamku
Dan akupun melelah
Karena kharismamu
Jika saja kumampu
Membaca hatimu
Akankah ada jawabannya?
Seandainya kuterjaga dari mimpiku
Kuingin dirimu ada disisiku
Senyum diwajahmu itu
Menghiasi imajinasiku
Mendamaikan malamku
Mencipta air mata haru bahagia

Rabu, 15 April 2015

bintang bersinar lagi malam kemarin

ku harap bintang akan bersinar lagi
ku harap lampu tak lagi mati
kunikmati waktu dengan segelas kopi
biar malam ini aku menanti pasti

langkah ku tak mampu terhenti
melihat ribuan bintang penuh arti
seakan berlari bukan mengejar mimpi

Kamis, 19 Maret 2015

pulang ke rumah

jika mata sudah sangat lelah
jika raga sudah mulai lemah
jika jiwa tak lagi terbelah
ijinkan pulang ke rumah
saat ini juga
saat jiwa merasa
siap untuk kembali pada
Sang Pemilik jiwa
ku tak tahan lagi melihat beliau
tergopoh-gopoh dalam pilu
merintih dalam tangis sendu
meraung-raung dalam purnama semu
dan aku hanya bisa tertunduk kelu
dengan buncahan perasaan tak menentu
tak ingin semua ini terus begini
maka ijinkan aku menghadapmu saat ini
menanti mereka bersama-Mu
jika kau berkenan membuka pintu-Mu


Rabu, 18 Maret 2015

Sendiri

Di sini aku sendiri
hanya ada Aku..Aku...dan Aku...
besok aku akan datang padamu dengan rasa bergetaran
dan lusa Izroil akan datang menjemput
dan yang tersisa hanya namaku...



Sunyi

Dalam ramai ada Kau
dalam sunyi pun ada Kau
bulan bertasbih dengan cahaya malamnya
angin bertasbih dengan hembusan dinginnya
daun-daun melambai perlahan
mengajak menyebut nama Tuhan
dalam malam ada rahman
saat kening tersungkur dalam
menyatakan semua khilaf yang terpendam
namun ku menoleh ke arah lain
ada yang sedang bermain-main
dengan dunia malam
yang kian hari kian temaram
seolah tak takut akan kelam
di antara binatang malam
yang siap mengoyak kehormatan
namun itu jalan suratan
itu yang mereka katakan sebagai alasan
padahal ada sebuah jalan
yang indah telah dipersiapkan
sungguh banyak yang kau perlihatkan
di malam yang penuh pemaknaan
di antara tanah yang terhembuskan
oleh angin malam di kegelapan
moga tak lagi ku dapatkan
sebuah kenyataan yang tak terhindarkan
antara ampunan dan siksaan

Rabu, 13 Februari 2013

Sajak Rindu

Pernahkah kau bayangkan
Rangkaian mimpi yang kupahat di temaram langit
Adalah wujud rinduku yang luruh dalam hening
Dan tenggelam dalam kerik jengkerik di beranda

Pernahkah kau bayangkan
Disetiap rentang waktu yang riuh
dimana kurekat erat binar matamu
Selalu kutitipkan harap disana
Dalam desau angin dan desir gerimis senja

Pernahkah kau bayangkan
Pada kelopak mawar disudut taman
Dan jernih embun yang menitik diatasnya
Kusimpan gigil gairahku yang membara padamu
Disetiap tarikan nafas
saat kulukis paras purnamamu di kanvas hatiku


Irama hati

Kususuri jejak‐jejak cinta kita
Udara terluka, tembok‐tembok lusuh
dan fatamorgana hitam menghadang perjalanan
Kuteguk keterasingan itu dan kupagut erat
kecemasan yang melanda diri
Nyanyian jiwaku menuntun hati yang retak
Saat langit tak ramah menyapa
“Aku belum selesai !” jeritku berang
Kurobek atmosfir dengan belati kesetiaanku
Lalu kucabik kutakutan, penuh dendam
Irama hati lantunkan tembang kegetiran
“Jangan berhenti meski roh tak lagi merangkul tubuh
dan asmara tak lagi merajuk kalbu” katanya, muram.
Angin berdesis pelan, saat muara kuraih
dimana aku karam disana
Bersama sepi, mimpi dan air mata kesangsianku